Desa Bantiran memiliki potensi wisata alam yang di antaranya persawahan, perkebunan dan sungai yang cukup panjang dan ditambah lagi adanya beberapa air terjun menjadikan Desa Bantiran sebagai desa yang memiliki kekayaan alam untuk bisa bermanfaat untuk kedepannya kepada masyarakat Desa Bantiran.
Desa Bantiran juga memliki kekayaan tradisi dan budaya yang sangat unik salah satunya adalah tradisi Rejang Ayunan serangkaian puncak upacara Ngusaba Gede di Pura Puseh lan Pura Desa yang jatuh setahun sekali pada Purnamaning Kalima. Rejang Ayunan ini terbilang sangat unik dan sakral, karena penarinya bergelantungan di pohon Beringin dan menari dalam kondisi trance (kesurupan). Prosesi ritual terakhir Rejang Ayunan ini dilaksanakan serangkaian puncak Ngusaba Gede di Pura Puseh. Pementasan Rejang Ayunan digelar sehari setelah puncak upacara Ngusaba Gede, yakni pada Buda Kliwon Ugu. Tarian sakral ini dikhususkan bagi kalangan teruna bunga (remaja laki-laki). Dalam seutas tali, bisa dipanjat 5-6 penari Rejang Ayunan.
Tari Rejang Ayunan ini digelar sebagai ungkapan ekspresi kebahagiaan krama desa. Mereka bahagia, karena selama setahun diberikan
anugerah rezeki oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga pelaksanaan yadnya berupa karya Ngusaba Gede berjalan lancar. Apalagi, karya ini digelar sejak sebulan sebelumnya mulai Purnamaning Kapat. Para penari Rejang Ayunan mengenakan pakaian putih kuning, lengkap dengan sebilah senjata keris terselip di pinggang. Sesuai namanya, para penari Rejang Ayunan berayun-ayun pada seutas tali tambang yang dikaitkan ke dahan pohon Beringin di jaba Pura Puseh. Sebelum tarian Rejang Ayunan dimainkan, para penari lebih dulu saling berebut untuk mendapatkan tali. Lalu, mereka memanjat tali yang didapatkan. Persaingan tidak berhenti sampai di situ. Para penari Rejang Ayunan masih lanjut berebut untuk mencapai posisi teratas. Nah, mereka yang berhasil mendapatkan posisi teratas akan mengambil sesaji berupa be siap (daging ayam) dan tipat akelan (ketupat sebanyak 12 biji). Daging ayam dan tipat akelan itu lalu
disantapnya, sebelum kemudian dilempar ke bawah untuk diperebutkan oleh penari lainnya. Semua adegan berlangsung dalam kondisi tali diputar keras-keras oleh pecalang.
Belum pernah terjadi insiden ada penari terjatuh atau terluka saat pementasan tari Rejang Ayunan. Sebab, sebelum tari Rejang Ayunan dilaksanakan, empat tokoh pilihan yang disebut ‘pecalang sakti’ lebih dulu mencoba tali untuk dinaiki dan diayunkan. Bila pecalang sakti menyebut aman, maka dalam 2 jam berikutnya sudah bisa dilaksanakan ritual tari Rejang Ayunan.