Kopi menjadi sajian minuman yang banyak digemari oleh masyarakat—mulai dari pemuda sampai dewasa. Bahkan bagi pecinta kopi wajib hukumnya mencoba berbagai sajian kopi dan jenis yang berbeda.
Pada dasarnya kopi bercita rasa pahit namun memiliki karakter masing-masing. Sebut saja kopi arabika yang manis namun ringan. Sementara kopi robusta memiliki karakter rasa seperti kayu dan karet.
Kopi arabika dan robusta banyak dijumpai di Indonesia, seperti Gayo di Aceh, Tanggamus di Lampung, dan Kintamani, Bali. Namun rupanya kedua jenis kopi itu juga banyak ditemui di Tabanan, Bali.
Kabupaten Tabanan memproduksi 3.803,77 ton kopi arabika dan 12.117,98 ton kopi robusta. Bahkan daerah ini menjadi penyumbang produksi kopi robusta tertinggi di Bali, yaitu 4.557,17 ton. Sentra produksi kopi robusta di Kabupaten Tabanan berada di Kecamatan Pupuan yang memproduksi 81,9 persen dari total produksi kopi di Kabupaten Tabanan.
Kopi robusta dari Desa Bantiran memiliki cita rasa tidak terlalu pahit karena tumbuh di atas ketinggian 400-700 mdpl dan berhawa sejuk. Para petani berusaha mencari bibit unggul yang bisa menghasilkan biji kopi sempurna supaya dapat dinikmati oleh masyarakat. Bahkan, kopi robusta dari Kecamatan Pupuan telah memperoleh Sertifikat Indikasi Geografis dari Direktorat Merek dan Indikasi Geografis Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham Nomor BRM 3/IG/I/A/2017.
Kopi robusta memiliki potensi dan peluang untuk bersaing dengan kopi produksi dari daerah lain. Untuk mencapainya, para petani perlu memiliki kesadaran yang kuat untuk menerapkan budidaya, pemanenan, dan pascapanen kopi yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menghasilkan biji kopi robusta yang berkualitas.